Kamis, 07 November 2013

tokoh Alkitab - SAMUEL



SAMUEL
Samuel dilahirkan sebagai jawaban Tuhan atas doa Hana, sang ibu yang sebelumnya tidak mempunyai anak. Kehidupan Samuel pada masa kanak-kanak sudah  memperlihatkan tugas yang nanti akan diembannya, sebagai abdi Allah, sebagai imam, hakim, dan nabi.
Ayah Samuel berasal dari pegunungan Efraim yang bernama Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorangefraim. Efraim adalah wilayah Kanaan yang diberikan kepada suku Efraim ketikabangsa Israel memasuki tanah itu dan membagi-bagikannya di antara kedua belas suku Israel.Setiap suku merupakan keturunan salah satu dari kedua belas anak Yakub. Suku Yusuf dibagi menjadi Efraim dan Manasye, sesuai dengan nama kedua anak Yusuf.  Akibatnya, jumlah suku-suku Israel menjadi tiga belas. Namun yang sering disebut hanya dua belas, karena Efraim dan Manasye terkadang terhitung hanya satu suku saja. Suku Lewi juga tidak dihitung sama sekali karena mereka tidak memiliki tanah milik sendiri. Suku Lewi melayani sebagai imam untuk semua suku Israel dan tersebar di seluruh Kanaan.
Elkana nama orang dari bahasa Ibrani, artinya: "Allah (="El") menciptakan" atau "Allah bersemangat", mempunyai dua orang Isteri, karena dalam kebudayaan di Timur Dekat Kuno, mempunyai isteri lebih dari satu dianggap wajar. Seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina. Ibu Samuel adalah Hana, namanya berarti "elok" atau "menyenangkan" bahasa Inggris: Hannah dibaca hænə, seorang yang dahulu mandul, namun karena Tuhan mendengarkan doanya, maka Tuhan memberikan Hana anak yang dimintanya, yaitu Samuel, bahkan Tuhan lebih mengaruniakan Hana lebih dari yang ia minta kepada-Nya, yaitua dik-adik Samuel. Penina namanya berarti "mutiara" (pearl) atau "karang laut" (coral) adalah isteri kedua Elkana, ia dinikahi

oleh Elkana karena dulu Hana tidak melahirkan anak bagi Elkana. Penina melahirkan sejumlah putra dan putri untuk Elkana, setelah Samuel lahir, nama Penina tidak lagi disebutkan dalam kitab Samuel ini.
Keluarga ini dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk mempersembahkan kurban persembahan kepada Tuhan semesta alam di Silo.  Silo adalah sebuah kota kuno di selatan kota kuno Tirza, lokasinya sekarang adalah di Khirbet Seilun, Tepi Barat, dan 10 mil (16 km) di utara pemukiman Israel Beth El di Tepi Barat. Silo terletak di pegunungan Efraim, merupakan ibukota keagamaan Israel selama 300 tahun sebelum berpindah ke Yerusalem. kota ini terletak di sebelah utara Betel, sebelah timur jalan raya Betel ke Sikhem dan di sebelah selatan Lebonah di pegunungan Efraim. (Laki-laki di haruskan pergi kepusat peribadatan tiga kali setiap tahun. Elkana pergi selama Perayaan Pondok Daun ketika orang Israel bersyukur atas hasil panen mereka). Kurban yang dipersembahkan kepada Allah meliputi hewan-hewan yang sudah ditentukan, gandum, buah-buahan, dan rempah-rempah. Orang Israel mempersembahkan kurban syukur kepada Allah untuk memohon pengampunan danberkat dari-Nya, dan mengungkapkan penyesalan atas dosa yang telah diperbuat. Beberapa kurban dibakar habis atas mezbah. Kurban-kurban lainnya, sebagian dibakar dan sebagian lagi diberikan kepada para imam, tetapi sebagian besar daging dimakan oleh mereka yang mempersembahakannya sebagai ‘makanan kudus’
Disana yang menjadi imam Tuhan adalah kedua anak Eli, yaitu Hofni dan Pinehas.  Eli adalah imam besar Israel di kota Silo, seorang orang Lewi dari garis keturunan Itamar bin Harun. Kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, ternyata tidak menghormati Allah, dan menyalahgunakan jabatan imam mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat termasuk di dalam kemah suci Allah. Waktu itu Eli sudah tua dan tidak dapat mengontrol perbuatan anak-anaknya.
Suatu ketika, Elkana memberikan korban persembahan dan memberikannya kepada Penina dan anak-anaknya masing-masing sebagian. Tetapi, walaupun Elkana sangat mengasihi Hana, ia hanya memberikan Hana satu bagian saja karena Hana tidak mempunyai anak. Penina, madunya itu selalu saja menyakiti hati Hana sehingga membuat hatinya gusar karena ia tidak mempunyai anak. Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun setiap kali Hana pergi kerumah

Tuhan. Penina menyakiti hati Hana sehingga ia menangis dan tidak mau makan. Lalu Elkana, suaminya berkata kepadanya: “Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan?  Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?”
Rumah Tuhan, kata lain untuk rumah peribadatan di Silo. Bentuknya semacam kuil yang kemudian dihancurkan oleh orang Filistin. Rumah Tuhan ini juga menunjuk pada kemah suci yang didirikan oleh Musa menurut perintah Tuhan dan tempat orang-orang mempersembahkan kurban dan beribadat kepada Tuhan.
Suatu ketika setelah mereka selesai makan dan minum di Silo, Hana beranjak dari tempatnya dan sujud menyembah Tuhan lalu berdoa dengan hati pedih sambil menangis tersedu-sedu. Di dalam doanya ia meminta kepada Tuhan agar ia diberikan seorang anak laki-laki,  lalu ia bernazar dan berkata: “Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya. ”nazar Hana ini mirip dengan apa yang Tuhan minta dari ibu Simson. Masing-masing anak mereka akan melayani Tuhan. Membiarkan rambut anak itu tidak tercukur menunjukkan bahwa anak itu akan menjadi milik Tuhan seumur hidupnya.
Lalu imam Eli itu melihat mulut Hana, karena Hana hanya berdoa dalam hatinya dan mulutnya hanya bergerak-gerak saja, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka bahwa Hana sedang mabuk. Lalu Eli bertanya kepada Hana, katanya: “Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu. ” Mabuk: pada zaman itu, orang biasa berdoa dengan suara nyaring. Hana berdoa tanpa suara. Ketika melihat bibirnya bergerak-gerak, Eli mengira Hana terlalu banyak minum dan berbicara sendiri. Lalu Hana menjawab, katanya: “Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati, anggur ataupu minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan. Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila, sebab

karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama.” Jawab Eli, katanya: “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya.” Lalu berkatalah Hana, katanya: “Biarlah hambamu ini mendapat belas kasihan dari padamu.” Setelah itu keluarlah Hana dengan wajah yang tidak muram lagi dan ia mau makan.
Keesokan paginya mereka sujud menyembah Allah dan pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Hana bersetubuh dengan Elkana, kemudian Tuhan ingat kepadanya. Lalu setahun kemudian Hana mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Smuel, sebab katanya: “Aku telah memintanya dari Tuhan.” Dalam bahasa Ibrani, kata “Samuel (syemuel)” mirip dengan kata yang berarti “Seseorang dari Allah” atau “Nama Allah” atau “Namanya adalah Allah”.Elkana beserta dengan seisi rumahnya pergi mempersembahkan korban sembelihan dan korban nazarnya kepada Tuhan. Namun Hana tidak ikut pergi, ia berkata kepada suaminya itu, katanya: “Nanti apabila anak itu cerai susu, aku akan mengantarkan dia, maka ia akan menghadap ke hadirat Tuhan dan tinggal disana seumur hidupnya.” Cerai susu: seorang bayi menyusu pada ibunya sampai berumur tiga tahun.
Samuel adalah harta terbesar dan tidak ternilai dari keluarganya, dari ayah dan ibunya, karena Samuel sesuai dengan namanya adalah anak yang lahir dari pergumulan yang sangat berat dari seorang ibu yang mandul. Ia adalah anak yang lahir karena permintaan, jeritan, dan tangisan yang dalam dari seorang ibu yang bernama Hana. Namun, Alkitab mengatakan bahwa harta terbesar dan tidak ternilai ini diserahkan sebagai pemberian terbaik kepada Tuhan.Setelah Hana menyapi Samuel, ia membawa anaknya itu dengan seekor lembu jantan yang berumur tiga tahun, satu efa tepung dan sebuyung anggur, lalu diantarnya ke dalam rumah Tuhan di Silo. Setelah mereka menyembelih lembu, mereka mengantarkan Samuel yang masih kecil kepada Eli. Lalu sujudlah mereka disana menyembah Tuhan.
Hana menyerahkan Samuel kepada Tuhan, kisah Hana ini merupakan sebuah gambaran yang indah tentang belas kasih Allah. Hana sangat mendambakan seorang anak laki-laki. Ia berjanji untuk memberikan anak laki-laki pertamanya itu kepada Tuhan jika Alllah

mengaruniakan anak itu kepadanya. Setelah Samuel lahir, Hana menepati janjinya. Ketika Samuel sudah cukup umur untuk dipisahkan darinya, Hana dan suaminya, Ekana, membawa Samuel ke Silo dan menyerahkan dia kepada imam Eli. Hana adalah salah seorang dari beberapa perempuan dalam Perjanjian Lama yang tidak mempunyai anak laki-laki yang kemudian memiliki peran penting dalam sejarah Israel.

Selasa, 29 Oktober 2013

SAHABAT

"SAHABAT"

Apa yang ada dipikiran anda jika anda mendengar kata itu? tentunya seseorang yang selalu mengerti, menyenangkan, menghibur, dan menerima kita apa adanya bukan? Tapi sayangnya itu tidak terjadi pada saya. saya punya banyak sahabat (sebenarnya tak tahu dibilang sahabat atau tidak). mereka selalu mengejar saya jika mereka membutuhkan saya. Apakah sahabat anda seperti itu?Dari yang saya tahu, sahabat itu pasti akan menerima kita apa adanya, jika kita kesusahan, dia tidak akan mengucilkan ataupun membiarkan kita bukan?  malah sebaliknya, ia akan menghibur, mambantu, dan akan tetap menghargai kita apapun itu kekurangan yang kita punya. (tapi itu hanya setahu saya saja).Ternyata mereka tidak! mereka tidak dapat mengerti . mereka masa bodoh, tetapi jika mereka ingin sesuatu, barulah mereka mulai mendekat. oh my God!!!

 ok mulai saja ke titik permasalahannya. apakah seorang sahabat pantas mengatakan "tau diri dong lo" atau "kasihan banget sih lo ... yaampun" dengan nada yang tinggi hati ia mengatakan seperti itu, apakah pantas? oh betapa menyedihkan bukan mempunyai mereka? jika anda mempunyai sahabat yang seperti itu apa sikap yang akan kalian tunjukkan? pastinya anda tidak akan bisa merasakan apa yang saya rasakan. tentunya tidak. dan tentu saja itu bukan yang pertama ia mengatakan seperti itu. tetapi sekarang terbukalah mata hati ini dan sadar bahwa mereka bukanlah "sahabat". entah apa kata yang pantas untuk diberikan pada mereka.

tetapi saya tidak mau menambah musuh lagi. saya tidak mau bermusuhan dengan mereka. kata-kata itu cukup membuat saya sadar akan arti mereka sebenarnya. dan membuat saya mengambil kesimpulan bahwa tidak akan pernah ada yang namanya "sahabat" di dunia ini. namun jika ada, mungkin itu 1 banging 1juta orang. mungkin. dan juga menyadarkan saya bahwa tidak akan ada orang yang benar-benar menerima kita apa adanya. mereka itu hanya ingin apa yang ada dari kita saja. sudah jarang sekali orang yang memiliki "kasih agape" seperti yang Tuhan Yeus lakukan pada kita. dan jika ada orang yang memang ia memiliki "sahabat" yang dapat menerima ia apa adanya, yang dapat menghargai dia, wah betapa beruntungnya dia. pasti Tuhan telah memberikan anugerah-Nya kepada orang tersebut.

tetapi saya tidak mengatakan bahwa saya tidak diberikan anugerah juga. semua orang pasti diberikan anugerah oleh Tuhan. namun tentu tidak sama yang satu dengan yang lainnya. ok sampai disini dulu yah temans. kita sambung lagi di lain waktu. see you :)

Kamis, 24 Oktober 2013

"Yah.."

Ayah menggendongku menuju halaman rumah, hari ini Ulang Tahunku yang ke 6... Ayah tersenyum lalu mengusap kepalaku dan mengecup keningku, sambil membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an. "Tutup dulu yah matanya, nanti kalau Ayah bilang buka, baru boleh buka " Aku mengikuti perintah Ayah saat itu. Lalu tak lama kemudian, "Ayo, sekarang kamu boleh buka mata kamu". Aku terkejut, ternyata Ayah membelikan aku sepeda baru. "Ayah aku seneng bangeet :) Makasih Ayah :)". Aku belajar, terus belajar, terus jatuh, bangun lagi, jatuh, bangun lagi.. "Hey pah, itu awas si Ade jatuh tuh" Mamah meneriaki Ayah. Tapi Ayah terus mendorongku "Ayo terus nak, bangun lagi!! biar ga' jatuh lagi!! ayo ayoo!! ". Aku terus bangkit lagi sampai akhirnya... "Blaaastt!! aku bisa!!!! :). Aku senang sekali saat itu. Aku melihat Ayah tersenyum bangga. Sedangkan Ibu senang tapi tampak khawatir padaku.

   Sekarang, umurku sudah 16 tahun...
Saat aku lelah, baru pulang sekolah, Ayah memanggilku.. "Hey nak, makan dulu!"aku merengut dan berkata "AH!! males Yah!!" nadaku sedikit membentak saat itu. Malam harinya, saat aku sedang makan, aku berkata kepada Ayah " Ayah, sebentar lagi aku Ulang Tahun, Aku mau minta uang untuk nraktir teman-temanku". Ayah menoleh sejenak, lalu tersenyum padaku. "Iya, nanti Ayah berikan".

  
Aku terbangun tengah malam, mencari air untuk diminum.Kakiku tertatih2 berjalan sempoyongan karena jelas aku mengantuk. Kakiku melangkah melewati kamar Ayah dan Mamah, Sekilas aku melihat Ayahku sedang melaksanakan Shalat Tahajud, aku terus berjalan ke dapur. Selesai minum, aku kembali melewati kamar Ayah, ku dengar samar2 isak tangis dari dalam kamar, Ku intip Ayahku sedang berdoa dari sela2 pintu yang terbuka. "Ya Allah, berilah keluarga Hamba Rezeky-Mu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kamu. Ringankanlah beban hidup hamba. Jaga keluarga hamba dari Syaitan yang terkutuk" suara itu perlahan2 menghilang, berganti jadi tangis. Aku tidak tau pasti apa yang membuat Ayah menangis. Aku ingin bertanya, tapi kantukku tak terkalahkan. Aku melenggang pergi menuju kamarku kembali.

    Pagi2 sekali Ayah sudah bergegas pergi ke kantornya. Mamah membuat sarapan, dan aku bergegas mandi. Saat hendak berangkat sekolah, "Mah, Ayah mana??", Mamah menatapku sekilas lalu berkata sambil merapikan meja makan "Udah pergi ke kantor tuuh". "ooh" jawabku singkat. "Aku berangkat sekolah dulu yah maaah, Assalamu'alaikum..". "Wa'alaikumsalam".

   Jam dinding kelasku menunjukan pukul 12.45. Masih 1 jam setengah lagi aku baru bisa pulang."Eh, Melia Putri, jangan bengong muluuu dooong!!" Ersa, sahabatku seketika menyadarkan aku dari lamunan ku. "Ciieee, tau deeh yang bentar lagi Ulang Taon.. ". Aku baru teringat, Ulang Tahunku sebentar lagi. Aku mulai menulis di secarik kertas, apa2 saja yang akan aku beli, siapa saja yang nanti akan aku teraktir, dan berapa budget yang harus aku sediakan untuk membeli itu semua.

  Selesai shalat Maghrib, aku melengkah menuju ruang keluarga, tapi aku melihat mamah menangis melengkah terburu2 ke arah kamar. "Astaghfirullah hal adziim" Ayah terduduk di kursi sambil menangis, Aku ingin menghampiri ayah. tapi, "Ayah bangkrut nak, Ayah udah ga' kerja lagi.Sekarang Mamah pergi, kita udah gapunya apa2 lagi" Aku terhenyak sesaat. "Astaghfirullah". Aku terbirit ke kamar. Adzan Isya berkumandang, aku bergegas mengambil air wudhu, dan kemudian melaksanakan shalat Isya. Selesai shalat, sadarku sejak tadi, air mataku terus mengalir. "Ya Allah, di hari Ulang tahunnnku yang ke 17 nanti, Ulang tahun tanpa Mamah disampingku, Ulang tahun sederhana yang mungkin tak ada sesuatupun yang spesial. Ya Allah, Ringankan beban keluargaku. Kembalikan Mamah, kembalikan pula pekerjaan Ayah." aku terhanyut dalam do'aku.. dan tertidur lelap hingga keesokan harinya.

   Aku sudah rapi dalam balutan seragam SMA ku. Rapi, Berjilbab, tapi sembab :(. Aku bergegas memakai sepatu . Mamah sudah pergi. lemarinya kosong. hanya ada baju2 Ayah disana. Air mata kembali mengalir. "Sarapan nak??. Aku terhenyak, Ayah mengulurkan tangannya. Wajahnya pucat, Banyak kesedihan tersirat di matanya. Aku tak kuasa menatap mata Letih itu lama2. aku hanya menyunggingkan seurat senyuman. Lalu bergegas ke dapur. hanya ada telur disana. Entah mengapa, tiba2 serangkaian kalimat bodoh keluar dari mulutku "Aku ga' suka telur. Aku mau sarapan yang di bikin sama Mamah" lalu aku melaju pergi keluar dari rumah. Rasa sedih kembali menghantuiku. Tangisku semakin menjadi-jadi ketika aku melihat keluarga utuh, Ibu, Ayah, dan Anak. "Ya Allah cobaan apalagi yang Kau hadirkan untukku ya Rabb" Sekilas aku menyalahkan Ayah yang kehilangan pekerjaannya. Menyalahkan Mamah yang pergi meninggalkan aku dan Ayah begitu saja. Sampai aku tersadar bahwa sekolahku sudah jauh terlewat. Aku bergegas turun.

   "Mel, udah lah, tenang ajah, Allah pasti kasih buah manis setelah apel busuk yang kamu telan sekarang.. Udah, jangan sedih". Ersa terlihat khawatir melihat keadaanku sekarang. Hanya dia yang tau keadaanku. hanya dia. "Mel, tadi gue liat Ayah loe, di jalan, lagi mungutin sampah. Ada kerja bakti sosial di kantor ayah loe??". Aku termangut sedih Ersa mengelus2 pundakku "Iyah, ada bakti sosial di kantor ayahnya". "loh, tapi ko' Melani nagis sih Sa??". "Melani lagi ga' enak badan,,"

   Hari berganti hari, Ulang Tahunku semakin dekat. Tinggal 5 hari lagi. Keadaan sekarang semakin membuatku terpuruk. Ayah sekarang hanya jadi tukang ojek, bahkan terkadang Ayah memungut sampah. Waktu semakin membuatku menyalahkan Ayah. Entah apapun alasannya. Untuk beli beras pun aku sudah susah. Apalagi untuk membeli kue untuk Ulang Tahunku nanti. Ditambah pindahnya Ersa dari sekolahku karena keluarganya pindah. Keterpurukanku terkadang membuatku menjadi manusia paling tidak bersyukur, selalu berfikir bahwa Tuhan itu ga' adil. Padahal jelas, aku masih memiliki Ayah yang sangat menyayangiku.

    "Mel?? Assalamu'alaikum Mel??" Suara Riuh dari pintu depan terdengar sangat parau. Menggangu tidurku. ku langkahkan kai ke pintu depan "Iyah pak, bu, ada apa?? malam2 begini ramai2 sekali??". "Ayah mu Mel, Ayahmu kecelakaan. sekarang kita harus cepat ke rumah sakit Teratai merah!!!". Tanpa berkata apa-apa lagi, aku langsung bergegas, berlari secepatnya.

    "Ayahku Bisu dan Tuli" setiap hari aku menemukan tulisan itu pada bangku, meja, papan tulis, buku-buku pelajaranku. Bahkan tak jarang orang-orang jahat menuliskan serangkaian kalimat itu lalu menempelkannya di punggungku. Aku muak. Aku lelah!!!!. Aku ingin Ayah yang lebih baik dari ini. Ayah yang tak bisu dan tuli. Ayah, yang seperti Ayah-Ayah lainnya. Ayah yang bisa mendengar harapan dan ketakutanku. Ayah yang berbicara, dan mengerti aku. Berharap lebihpun aku percuma. Tuhan tak akan mendengarkan do'aku.

    Tiga hari menuju hari Ulang tahunku. Namun semua terasa semain pelik. Aku tak punya teman di sekolah, tak pula di rumah. Marah dan benci menyelimutiku ketika aku harus melihat Ayah yang semakin hari tampak aneh dengan bahasa barunya "bahasa isyarat". Bahasa yang membuat aku semakin terpuruk dengan kenyataan bahwa Ayahku tak seperti Ayah yang lain. Rasa sakit dan putus asa ku rasakan setiap hari. Setiap Ayah mengantarkan aku ke sekolah, lalu berkata dengan bahasa barunya "Hati-hati, jadilah anak yang baik". Tersenyum pun aku malas. Hingga muncul lah pikiran-pikiran baru "Untuk apa aku hidup kalau hidupku diisi dengan rasa malu seumur hidup??"

   Praaak!!!! Aku lemas tak berdaya, ketika pecahan kaca dari gelas yang kupecahkan ku goreskan pada kulit pucatku. Aku tak tau lagi apa yang terjadi. Semuanya gelap.

   Sadarku dalam keheningan malam. Dalam kesendirian yang nyata. "Kemana dia saat aku seperti ini?". Aku menyesali Ayah yang tak ada di sampingku saat ini. Tapi, dimana aku?? Apakah aku masih berada di tempat yang sama?? di tempat saat aku terjatuh tadi??. Sorot lampu saratkan semua tanda tanya yang terngiang2 di benakku tadi. "Ini Rumah Sakit" bisikku dalam hati. Seorang dokter menghampiriku lalu membuka benda yang membuat leherku tidak bisa bergerak. Setelah dibuka, aku menoleh ke samping kananku. "Itu Ayahku" terbujur kaku di atas ranjang di samping ranjangku. Ku genggam tangannya sambil menangis. "Dingin". Seperti mayat. Lalu dokter berkata kepadaku "Ayahmu, telah menghabiskan seluruh darahnya untuk di transfusikan ke dalam tubuhmu. Tubuhmu kehilangan sangat banyak darah. Dan Ayahmu menggantikan darah-darah yang hilang itu dengan darahnya. Dan akhirnya, Ayahmu harus kehilangan nyawanya karena terlalu banyak kehilangan darah". Aku terhenyak. menangisi sosok beku di sampingku. Dingin, Pucat, Tak bernyawa, dan Terlihat parau tanpa Senyum di wajahnya lagi. Ayah sudah pergi, demi aku.

    Aku di pulangkan ke rumah 3 hari setelah kematian Ayah. Sebenarnya aku di paksa tinggal bersama sanak saudaraku. tapi aku enggan, aku ingin mengenang momen-momen indah bersama Ayah dulu di rumahku. Kaki ku lengah, terpungkai jatuh ke lantai tempat dulu Ayah memperlihatkan hadiah Ulang tahunku yang ke 6... "sebuah sepeda baru". Namun kupaksakan terus berjalan. Kakiku melangkah ke arah dapur. Dimana aku dulu duduk tertawa melihat Ayah yang makannya 2 piring sekaligus. Dan aku melihat sesuatu diatas meja makan. Sesuatu yang terlihat menjijikan. Sesuatu yang berbau basi. "Sebuah Kue Ulang Tahun" bertuliskan krim merah muda "Happy B'day Sayang". Aku terhenyak. Lalu melihat sepucuk surat yang berisikan
"Untuk Melia tersayang. Maafkan Ayah. Telah membuat kamu malu selama ini. Ayah bisu dan tuli. tak seperti Ayah yang lain. Yang normal, Yang bisa mengerti keadaan, jeritan, harapan anaknya. Tapi Ayah selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Bahkan Ayah paksakan berteriak, walau Ayah tak bisa. Berusaha mendengar, walau Ayah tak mampu. Ayah membeli kue ini dari hasil memulung. Walaupun mungkin kue ini tak begitu cantik, tapi Ayah harap kamu menyukainya. Jangan lihat Ayah yang Bisu dan Tuli, Tapi lihatlah Ayah sebagai Ayah yang selalu menyayangimu. Ayah yang Mencintamu lebih dari apapun. Selamat Ulang Tahun"

  Dan sekarang, melihat sekeliling pun semuanya sama. Hampa. Tak ada teriakan samar di ujung pintu lagi. tak ada tawa tanpa suara lagi. tak ada Cinta yang terasa lagi. Cinta yang kuabaikan. Ku sia-siakan demi egoku. Dan sekarang semua berubah. Semuanya kosong, sunyi. Kemanakah aku harus berteriak?? kemanakah harus kucari lagi Ayah yang seharusnya aku banggakan selama ini??? Kemana harus kucari Ayah disaat aku merindukan Ayah??? Demi aku yang Tolol, Ayah rela pergi. Dan sekarang, Aku harus benar-benar merasakan Kehilangan yang dalam. Yang tak kutau dimana akhirnya. Semoga Ayah bahagia disisi Allah...

Terakhir Kali

Pagi ini dia datang menemuiku, duduk di sampingku dan tersenyum menatapku. Aku benar-benar tak berdaya melihat tatapan itu, tatapan yang begitu hangat, penuh harap dan selalu membuatku bisa memaafkannya. Aku sadar, aku sangat mencintainya, aku tidak ingin kehilangan dia., meski dia sering menyakiti hatiku dan membuatku menangis. Tidak hanya itu, akupun kehilangan sahabatku, aku tidak peduli dengan perkataan orang lain tentang aku. Aku akan tetap memaafkan Elga, meskipun dia sering menghianati cintaku.

“Aku gak tau harus bilang apa lagi, buat kesekian kalinya kamu selingkuh! Kamu udah ngancurin kepercayaan aku!”

Aku tidak sanggup menatap matanya lagi, air mataku jatuh begitu deras menghujani wajahku. Aku tak berdaya, begitu lemas dan Dia memelukku erat.

“Maafin aku Nilam, maafin aku! Aku janji gak akan nyakitin kamu lagi. Aku janji Nilam. Aku sayang kamu! Please, kamu jangan nangis lagi!”

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi selain memaafkannya, aku tidak ingin kehilangan Elga, aku sangat mencintainya.

Malam ini Elga menjemputku, kami akan kencan dan makan malam. Aku sengaja mengenakan gaun biru pemberian Elga dan berdandan secantik mungkin. Kutemui Elga di ruang tamu, Dia tersenyum, memandangiku dari atas hingga bawah.

“Nilam, kamu cantik banget malam ini.”

“Makasih. Kita jadi dinner kan?”

“Ya tentu, tapi Nilam, malam ini aku gak bawa mobil dan mobil kamu masih di bengkel, kamu gak keberatan kita naik Taksi?”

“Engga ko, ya udah kita panggil Taksi aja, ayo.”

Dengan penuh semangat aku menggandeng lengan Elga. Ini benar-benar menyenangkan, disepanjang perjalanan Elga menggenggam erat tanganku, aku bersandar dibahu Elga menikmati perjalanan kami dan melupakan semua kesalahan yang telah Elga perbuat padaku.

Kami berhenti disebuah Tenda di pinggir jalan. Aku sedikit ragu, apa Elga benar-benar mengajakku makan ditempat seperti ini. Aku tahu betul sifat Elga, dia tidak mungkin mau makan di warung kecil di pinggir jalan.

“Kenapa El? Mienya gak enak?”

“Enggak ko, mienya enak, Cuma panas aja. Kamu gak apa-apa kan makan ditempat kaya gini Nilam?”

“Enggak. Aku sering ko makan ditempat kaya gini. Mie ayamnya enak loch. Kamu kunyah pelan-pelan dan nikmati rasanya dalam-dalam.”

Aku yakin, Elga gak pernah makan ditempat kaya gini. Tapi sepertinya Elga mulai menikmati makanannya, dia bercerita panjang lebar tentang teman-temannya, keluarganya dan banyak hal.
Dua tahun bersama Elga bukan waktu yang singkat, dan tidak mudah untuk mempertahankan hubungan kami selama ini. Elga sering menghianati aku, bukan satu atau dua kali Elga berselingkuh, tapi dia tetap kembali padaku. Dan aku selalu memaafkannya, itu yang membuatku kehilangan sahabat-sahabatku. Mereka benar, aku wanita bodoh yang mau dipermainkan oleh Elga. Meskipun kini mereka menjauhiku, aku tetap menganggap mereka sahabatku.

Selesai makan Elga Nampak kebingungan, dia mencari-cari sesuatu dari saku celananya.

“Apa dompetku ketinggalan di Taksi?”

“Yakin di saku gak ada?”

“Gak ada. Gimana dong?”

“ya udah, pake uang aku aja. Setiap jalan selalu kamu yang traktir aku, sekarang giliran aku yang traktir kamu. Ok!”

“ok. Makasih ya sayang, maafin aku.”

Saat di kampus, aku bertemu dengan Alin dan Flora. Aku sangat merindukan kedua sahabatku itu, hampir empat bulan kami tidak bersama, hingga saat ini mereka tetap sahabat terbaikku. Saat berpapasan, Alin menarik tanganku.

“Nilam, kamu sakit? Ko pucet sich?”

Alin bicara padaku, ini seperti mimpi, Alin masih peduli padaku.

“Engga, Cuma capek aja ko Lin. Kalian apa kabar?”

“Jelas capek lah, punya pacar diselingkuhin terus! Lagian mau aja sich dimainin sama cowok playboy kaya Elga! Jangan-jangan Elga gak sayang sama kamu? Ups, keceplosan.”

“Stop Flo! Kasian Nilam! Kamu kenapa sich Flo bahas itu mulu? Nilam kan gak salah.”
“Udah dech Alin, kamu diem aja! Harusnya kamu ngaca Nilam! Kenapa kamu diselingkuhin terus!”

Flora bener, jangan-jangan Elga gak sayang sama aku, Elga gak cinta sama aku, itu yang buat Elga selalu menghianati aku. Selama ini aku gak pernah berfikir ke arah sana, mungkin karena aku terlalu mencintai Elga dan takut kehilangan Elga. Semalaman aku memikirkan hal itu, aku ragu terhadap perasaan Elga padaku. Jika benar Elga tidak mencintaiku, aku benar-benar tidak bisa memaafkannya lagi.

Meskipun tidak ada jadwal kuliah, aku tetap pergi ke kampus untuk mengerjakan tugas kelompok. Setelah larut malam dan kampus sudah hampir sepi aku pun pulang. Saat sampai ke tempat parkir, aku melihat Elga bersama seorang wanita. Aku tidak bisa melihat wajah wanita itu karena dia membelakangiku. Mungkin Elga menghianatiku lagi. Kali ini aku tidak bisa memaafkannya. Mereka masuk ke dalam mobil, aku bisa melihat wanitaitu, sangat jelas, dia sahabatku, Flora….

Sungguh, aku benar-benar tidak bisa memaafkan Elga. Akan ku pastikan, apa Elga akan jujur padaku atau dia akan membohongiku, ku ambil ponselku dan menghubungi Elga.

“Hallo, kamu bisa jemput aku sekarang El?”

“Maaf Nilam, aku gak bisa kalo sekarang. Aku lagi nganter kakak, kamu gak bawa mobil ya?”

“Emang kakak kamu mau kemana El?”

“Mau ke…, itu mau belanja. Sekarang kamu dimana?”

“El! Sejak kapan kamu mau nganter kakak kamu belanja? Sejak Flora jadi kakak kamu? Hah?!!”

“Nilam, kamu ngomong apa sayang? Kamu bilang sekarang lagi dimana?”

“Aku liat sendiri kamu pergi sama Flora El! Kamu gak usah bohongin aku! Kali ini aku gak bisa maafin kamu El! Kenapa kamu harus selingkuh sama Flora El? Aku benci kamu! Mulai sekarang aku gak mau liat kamu lagi! Kita Putus El!”

“Nilam, ini gak…….”

Kubuang ponselku, kulaju mobilku dengan kecepatan tertinggi, air mataku terus berjatuhan, hatiku sangat sakit, aku harus menerima kenyataan bahwa Elga tidak mencintaiku, dia berselingkuh dengan sahabatku.

Beberapa hari setelah kejadian itu aku tidak masuk kuliah, aku hanya bisa mengurung diri di kamar dan menangis. Beruntung Ibu dan Ayah mengerti perasaanku, mereka memberikan semangat padaku dan mendukung aku untuk melupakan Elga, meskipun aku tau itu tak mudah. Setiap hari Elga datang ke rumah dan meminta maaf, bahkan Elga sempat semalaman berada di depan gerbang rumahku, tapi aku tidak menemuinya. Aku berjanji tidak akan memafkan Elga, dan janjiku takan kuingkari, tidak seperti janji-janji Elga yang tidak akan menghianatiku yang selalu dia ingkari.

Hari ini kuputuskan untuk pergi kuliah, aku berharap tidak bertemu dengan Elga. Tapi seusai kuliah, tiba-tiba Elga ada dihadapanku.

“Maafin aku Nilam! Aku sama Flora gak ada hubungan apa-apa. Aku Cuma nanyain tentang kamu ke dia Nilam!

“Kita udah putus El! Jangan ganggu aku lagi! Sekarang kamu bebas! Kamu mau punya pacar Tujuh juga bukan urusan aku!”

“Tapi Nilam…..”

Aku berlari meninggalkan Elga, meskipun aku sangat mencintainya, aku harus bisa melupakannya. Elga terus mengejarku dan mengucapkan kata maaf. Tapi aku tak pedulikan dia, aku semakin cepat berlari dan menyebrangi jalan raya. Ketika sampai di seberang jalan, terdengar suara tabrakan, dan…………
 
“Elgaaaa…..”

Elga tertabrak mobil saat mengejarku, dia terpental sangat jauh. Mawar merah yang ia bawa berserakan bercampur dengan merahnya darah yang keluar dari kepala Elga.

“Elga, maafin aku!”

“Nilam. Ma-af ma-af a-ku jan-ji jan-ji ga sa-ki-tin ka-mu la-gi a-ku cin-ta ka-mu a-ku ma-u ni-kah sa-ma kam……”

“Elgaaaaaa……”

Elga meninggal saat itu juga, ini semua salahku, jika aku mau memaafkan Elga semua ini takan terjadi. Sekarang aku harus menerima kenyataan ini, kenyataan yang sangat pahit yang tidak aku inginkan, yang tidak mungkin bisa aku lupakan. Elga menghembuskan nafas terakhirnya dipelukanku, disaat terakhir dia berjanji takan menyakitiku lagi, disaat dia mengatakan mencintaiku dan ingin menikah denganku. Dia mengatakan semuanya disaat meregang nyawa ketika menahan sakit dari benturan keras, ketika darahnya mengalir begitu deras membasahi aspal jalanan.
Rasanya ingin sekali menemani Elga didalam tanah sana, menemaninya dalam kegelapan, kesunyian, kedinginan, aku tidak bisa berhenti menangis, menyesali perbuatanku, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.

Satu minggu setelah Elga meninggal, aku masih menangis, membayangkan semua kenangan indah bersama Elga yang tidak akan pernah terulang lagi. Senyuman Elga, tatapan Elga, takan pernah bisa kulupakan.

“Nilam sayang, ini ada titipan dari Ibunya Elga. Kamu jangan melamun terus dong! Kamu harus bangkit! Biar Elga tenang di alam sana. Ibu yakin kamu bisa!”

“Ini salah aku Bu. Aku butuh waktu.”

Kubuka bingkisan dari Ibu Elga, didalamnya ada kotak kecil berwarna merah, mawar merah yang telah layu dan amplop berwarna merah. Didalam kotak merah itu terdapat sepasang cincin. Aku pun menangis kembali dan membuka amplop itu.


Dear Nilam,
Nilam sayang, maafin aku, aku janji gak akan nyakitin kamu, aku sangat mencintai kamu, semua yang udah aku lakuin itu buat ngeyakinin kalo Cuma kamu yang terbaik buat aku, Cuma kamu yang aku cinta.
Aku harap, kamu mau nemenin aku sampai aku menutup mata, sampai aku menghembuskan nafas terakhirku. Dan cincin ini akan menjadi cincin pernikahan kita.
Aku sangat mencintaimu, aku tidak ingin berpisah denganmu Nilam.
Love You
Elga

Air mataku mengalir semakin deras dari setiap sudutnya, kupakai cincin pemberian Elga, aku berlari menghampiri Ibu dan memeluknya.

“Bu, aku udah nikah sama Elga!”

“Nilam, kenapa sayang?”

“Ini!” Kutunjukan cincin pemberian Elga dijari manisku.

“Nilam, kamu butuh waktu nak. Kamu harus kuat!”

“Sekarang aku mau cerai sama Elga Bu!” kulepas cincin pemberian Elga dan memberikannya pada Ibu.

“Aku titip cincin pernikahanku dengan Elga Bu! Ibu harus menjaganya dengan baik!”
Ibu memeluku erat dan kami menangis bersama-sama.

Kamis, 17 Oktober 2013

when i need you

When I need you
I just close my eyes and I'm with you
And all that I so want to give you
It's only a heartbeat away

When I need love
I hold out my hands and I touch love
I never knew there was so much love
Keeping me warm night and day

Miles and miles of empty space in between us
The telephone can't take the place of your smile
But you know I wont be traveling forever
It's cold out, but hold out and do like I do

When I need you
I Just close my eyes and I'm with you
And all that I so want to give you, baby
Find more similar lyrics on It's only a heartbeat away

It's not easy when the road is your driver
Honey, that's a heavy load that we bear
But you know I won't be traveling a lifetime
It's cold out but hold out and do like I do
Oh

When I need love
I hold out my hands and I touch love
I never knew, Oh, I never knew there was so much love
Keeping me warm night and day

Oh, When I need you
Just close my eyes and I'm with you
And all that I so want to give you
It's only a heart beat away

Kamis, 03 Oktober 2013

this is

satu cerita hidup yang sangat memilukan. ketika seorang anak sudah tidak mempunyai orang tua. dia sangat sangat kesepian, banyak orang yang meremekannya. ia dihina, dicaci, dimaki, karena kehidupannya yang tak punya apa-apa.ia ditolak dalam masyarakat. bisa membanyangkan bagaimana perasaannya? apakah bisa merasakan kepedihannya? dia hidup bagaikan dipenjara, padahal ia hidup di alam bebas.mungkin banyak orang yang meremehkan orang-orang seperti ini, tetapi tahukah kamu? bahwa setiap orang itu sama dimata Tuhan? tidak ada "si miskin", "si kaya", "si cantik", "si buruk" atau yang lainnya. sadarkah kaian bahwa setiap apapun yang kalian lakukan di bumi akan kalian pertanggung jawabkan di akherat nanti? sebenarnya, kita semua ini sudah mengetahui itu, namun kita ketika melakukannya berpura-pura tidak tahu dan masah bodoh dengan itu semua.